Selasa, 31 Mei 2016

WORKSHOP PENELITIAN PARTISIPATIF (Participatory Action Research)


Harapan terhadap PTKI sebenarnya dapat dikategorikan menjadi dua kelompok. Pertama, harapan yang bersifat sosial (social expectations). Kedua, harapan yang bersifat akademik (academic expectations). Setelah berlangsung lebih dari lima dekade, dengan berbagai perubahan baik pada tingkat nasional maupun global, tampak bahwa harapan yang bersifat sosial itu lebih kuat dibandingkan dengan harapan yang bersifat akademik. Padahal keduanya merupakan satu kesatuan yang ingin diwujudkan oleh PTKI. 

Karena masih berkutat di sekitar social expectations, dapat dikatakan bahwa harapan terhadap PTKI tersebut secara umum bersifat tradisional. Tidak jauh beranjak dari harapan yang ditumpukan kepada lembaga-lembaga pendidikan Islam tradisional. Hal ini antara lain terbukti dengan model kajian keislaman yang sebagian besar masih bersifat normatif. Kajian-kajian yang bersifat historis, psikologis, dan sosiologis terhadap Islam dan masyarakat muslim masih baru ‘tahap awal”, baik dari kuantitas maupun cakupan wilayah. Tidak heran jika mahasiswa PTKI tidak banyak mengenal masyarakat muslim dunia, bahkan Indonesia sendiri. Mahasiswa PTKI lebih mengenal Islam secara normatif ditambah sejarahnya pada masa klasik. 
Sejalan dengan perubahan tantangan yang dihadapi, harapan-harapan terhadap PTKI yang sepenuhnya berorientasi pada social expectations tidak lagi mencukupi. Bukan hanya karena sifatnya yang tradisional, tetapi juga karena orientasi harapan seperti itu tidak sejalan, baik dengan tantangan global maupun pengembangan PTKI sendiri di masa depan menyongsong otonomi perguruan tinggi. Menghadapi tantangan global, harapan yang bersifat akademis (academic expectations) harus lebih mendapat perhatian. Beberapa aspek tantangan diperkirakan akan mengikuti globalisasi antara lain :
1. Globalisasi akan melahirkan tingkat kompetisi yang sangat tinggi dalam kehidupan masyarakat atau bangsa. Dalam situasi semacam ini kualitas atau mutu akan menjadi pertimbangan bagi masyarakat dalam memilih produk barang atau jasa. 
2. Penguasaan ilmu dan teknologi sangat penting untuk menghasilkan produk barang atau jasa sesuai tuntutan (kualitas) pasar. Hal ini dapat terwujud apabila suatu masyarakat atau bangsa menguasai ilmu dan teknologi. 
3. Kondisi yang kompetitif dan terbukanya arus informasi antar negara akan memungkinkan setiap bangsa untuk memperoleh informasi dengan cepat tentang ilmu pengetahuan yang dapat dimanfaatkan untuk melahirkan karya-karya inovatif bagi kesinambungan kehidupan bermasyarakat.

Pada saat yang bersamaan institusi PTKI juga dihadapkan pada tantangan otonomi perguruan tinggi sejak diberlakukannya UU Nomor 20 Tahun 2003 dan dipertegas dengan berlakunya UU Nomor 12 Tahun 2012. Konsep otonomi perguruan tinggi menuntut lembaga-lembaga pendidikan tinggi tidak hanya memiliki kemampuan finansial, tetapi juga secara berkelanjutan melakukan peningkatan kualitas. Hanya perguruan tinggi berkualitas yang akan sanggup menciptakan kegiatan-kegiatan produktif, dan pada gilirannya menyokong kemampuan finansial perguruan tinggi bersangkutan. Berhadapan dengan tantangan tersebut, kalangan PTKI harus lebih menonjolkan academic expectations. Di kalangan PTKI sendiri secara terus menerus harus dibangun kesadaran bahwa mengantarkan PTKI menjadi lembaga akademis adalah lebih penting daripada mempertahankan PTKI sebagai lembaga keagamaan atau dakwah.
Berkaitan dengan konteks di atas, Direktorat Pendidikan Tinggi Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI terus berupaya memacu agar PTKI tidak semata-mata memfungsikan dirinya lembaga dakwah, tetapi lembaga akademis. Program-program penelitian, publikasi ilmiah, dan pengabdian kepada masyarakat yang dikembangkan oleh pemerintah, sudah sepatutnya dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas akademik dengan tanpa menafikan dampak dakwah di dalamnya.
Hasil Yang diharapkan
Pertama: Kegiatan Workshop ini diadakan atas dasar bahwa penelitian menjadi suatu keharusan bagi para dosen untuk menerapkan tridarma dan sebagai wadah untuk mengembangkan kemampuan mereka dibidangnya masing-masing. Selama ini penelitian hanyalah sebatas penelitian tanpa membawa effect terhadap objek yang diteliti sehingga perlu kiranya Participatory Action Research sebagai acuan untuk sebuah model penelitian yang berkelanjutan dan membawa perubahan, sehingga pengabdian masyarakat-nya tercapai.
Kedua: Diharapkan model Participatory Action Research ini tidak hanya digunakan oleh dosen perguruan tinggi saja, tetapi juga diharapkan mahasiswa mampu untuk menerapkannya menjadi tugas akhir mereka dalam menempuh jenjang S1. Sehingga merubah Image bahwa selama ini penelitian mereka hanya sekedar menulis tanpa berguna nyata. 
Ketiga: Sebagai upaya sosialisasi bahwa Program peningkatan mutu pengabdian kepada masyarakat pada Direktorat Pendidikan Tinggi Islam (DIKTIS), mendukung kegiatan pokok program pembangunan pendidikan tinggi Islam yang menjadi tanggung jawab DIKTIS. Program tersebut juga merupakan wujud komitmen DIKTIS untuk memberikan akses yang luas bagi dosen dan mahasiswa dalam rangka peningkatan kapasitas (capacity building) di ranah akademik. Implementasi program peningkatan mutu pengabdian kepada masyarakat sejalan dengan visi dan misi Rencana Strategis (renstra) Pendidikan Islam Kementerian Agama 2010-2015, yaitu peningkatan mutu relevansi, dan daya saing pendidikan Islam. Secara periodik DIKTIS memberikan bantuan peningkatan mutu penelitian, pengabdian kepada masyarakat, dan publikasi ilmiah berdasarkan asas kompetisi, legalitas, kualitas, dan akuntabilitas.
Penutup
A. Kesimpulan
Participatory Action Research (PAR) adalah sebuah metode penelitian yang lebih mengutamakan dampak positif atau perubahan pada objek penelitian, cenderung berkelanjutan dan berkala. 
Participatory Action Research (PAR) lebih terfokus pada apa yang sedang dibutuhkan oleh objek penelitian, bukan hanya sekedar aktivitas penelitian tanpa membawa dampak positif pada objek penelitian.
Participatory Action Research (PAR) lebih banyak menggunakan biaya, sehingga dibutuhka anggaran dan program yang jelas serta mendetail tentang tujuan penelitian tersebut. 
B. Saran 
• Diharapkan mahasiswa menggunakan metode penelitian ini agar penelitian akhir mereka dapat bernilai positif bagi objek penelitian. 
• Bagi para dosen agar menggunakan metode PAR dalam rangka penelitian dan pengabdian masyarakat.

0 komentar:

Posting Komentar